1/03/2013

Beternak Burung Puyuh


 I. PENDAHULUAN
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan
dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”,
merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali di ternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus
dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir
tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

II. MANFAAT
*   Telur dan dagingnya sebagai pemenuhan gizi dan sumber pendapatan
*   Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
*   Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk
tanaman

III. PERSYARATAN LOKASI
1.   Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
2.   Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
3.   Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
4.   Bukan merupakan daerah sering banjir
5.   Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.

IV. PERKANDANGAN
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal
berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari
cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku un tuk cuaca mendu ng/musim hujan).
Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Model
kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem
sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m 2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60
ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur.
Jenis kandang berdasarkan tipe pemeliharaan:
a.   Kandang untuk induk pembibitan
b.   Kandang untuk induk petelur
c.   Kandang untuk starter
d.   Kandang untuk grower & layer

V. PEDOMAN TEKNIS CARA BUDIDAYA
A.   Penyiapan bibit
Bibit/calon anakan yang dipilih berdasarkan kebutuhan hasil akhir (telur/daging)
Sasaran untuk produksi telur dipilih anakan puyuh ketam betina yang sehat dan bebas penyakit,
sedangkan untuk penghasil daging dipilih anakan puyuh jantan atau petelur afkiran.
 B.   Pemeliharaan
a.   Pemberian pakan
Pakan diberikan dilihat dari tingkat umur burung puyuh, untuk anakkan (masa starter dan
grower) diberikan 2 kali dalam sehari sedangkan untuk dewasa (layer) diberikan satu kali
dalam sehari.
b.   Pemberian minum
Pemberian minum harus kontinu tiap harinya dan penambahan VITAL kedalam air minum
dapat meningkatkan ketahanan fisik puyuh, meningkatkan napsu makan, mempercepat
peningkatan bobot puyuh pedaging, meningkatkan kuantitas dan kualitas telur puyuh dan
mengurangi bau kotoran yang dihasilkan.
Adapun dosis pemakaian sebagai berikut:
1.   Fase Starter; pemberian  VITAL  dalam air minum sebanyak 2cc/liter
2.   Fase Grower & Layer; pemberian VITAL dalam air minum sebanyak 3cc/liter
C.   Sanitasi
Perlu diperhatikan kebersihan kandang dari kotoran sebagai upaya pencegahan timbulnya
penyakit akibat virus, bakteri, jamur dll
D.   Pengontrolan puyuh
Perlu dilakukan pengawasan secara rutin khususnya pada fase grower karena rentan terhadap
penyakit. Pemberian vaksin diperlukan manakala terdapat tanda-tanda timbulnya penyakit dapat
melalui air minum maupun suntikan.

VI. PENYAKIT DAN PENANGANAN
1.   Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: Bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul
pearadangan pada usus.
Gejala: Puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung
asam urat.
Pengendalian: Memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang
sehat dari yang  telah terinfeksi.

2.   Tetelo (NCD/New Castle Diseases)
Gejala: Puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap
terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu
kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh
Pengendalian: Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor
penyakit tetelo, puyuh yang mati segera dibakar/dibuang; pisahkan puyuh yang sakit.

3.   Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
Gejala: Kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap
lemah menggantung.
Pengendalian: Sama dengan pengendalian penyakit tetelo.

4.   Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: Tinja berdarah dan menceret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil
kedinginan.

Pengendalian: Menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; dengan Tetra Chloine
Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau
sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox

5.   Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
Gejala: Timbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan
farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
Pengendalian: Vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfeksi.

6.   Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
Gejala: Puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan
hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
Pengendalian: Pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7.   Aspergillosis
Penyebab: Cendawan Aspergillus fumigatus
Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju,
mengantuk, nafsu makan berkurang.
Pengendalian: Memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

8.   Cacingan
Penyebab: Sanitasi yang buruk.
Gejala: Puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
Pengendalian: Menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.