BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Masalah
keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik. Tentang itu liberalisme
dan sosialisme mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Liberalisme menekankan
milik pribadi sebagai salah satu hak manusia yang terpenting. Sosialisme
berpendapat bahwa milik tidak boleh dibatasi pada kepentingan individu saja,
melainkan mempunyai fungsi sosial.
Perjuangan
ideologis antara liberalisme dan sosialisme selama abad ke-19 dan ke-20
sebagian besar menghasilkan tatanan sosial ekonomi dunia sekarang dan dengan
jelas mempunyai aspek-aspek etis.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini diangkat beberapa topik permasalah yang nantinya akan di bahas.
Permasalahan tersebut antara lain :
1.
Pengertian dari
liberalisme dan sosialisme?
2.
Pertentangan dari Perdamaian antara Liberalisme dan Sosialisme.
3.
Pengertian dari Kapitalisme dan Demokratisasi?
4.
Pengertian dari Etika Pasar Bebas?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan bagi penulis membuat makalah ini diantaranya untuk :
1. Mengerti dan memahami arti dari liberalisme
dan sosialisme.
2. Mengetahui Pertentangan dari Perdamaian antara Liberalisme dan Sosialisme
3. Mengerti dan memahami arti dari Kapitalisme dan Demokratisasi
4. Mengerti dan memahami arti dari Etika Pasar Bebas
1.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun makalah, penulis menggunakan Metode pengumpulan
data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari lembaga/institusi.
BAB II
PEMBAHASAN
Liberalisme Dan Sosialisme Sebagai Perjuangan Moral
1. TINJAUAN HISTORIS
1.1. John Locke dan
Milik Pribadi
John Locke (1632-1704)
diakui sebagai orang yang pertama kali mendasarkan teori liberalisme tentang
milik. Menurut Locke manusia mempunyai tiga ”hak kodrat” (natural rights):
”life, freedom, and property”. Yang paling penting adalah hak atas milik
kerena kehidupan dan kebebasan kita miliki juga.
Setiap manusia adalah
tuan serta penguasa penuh atas kepribadiannya, tubuhnya, dan tenaga kerja yang
berasal dari tubuhnya. Dengan menambahkan pekerjaanya, manusia membuat sesuatu menjadi
miliknya sendiri. Bila sesuatu yang tidak bertuan diolah oleh pekerjaan
manusia, maka dengan itu ia menjadi pemiliknya. Tetapi ada pembatasan bagi cara
menjadi pemilik. Dari bahan yang tidak bertuan, orang hanya boleh mengambil
sebanyak dapat dikonsumsi oleh orang itu sendiri (bersama keluarga dan teman)
sehingga masih tertinggal cukup banyak dan sama baik mutunya untuk orang lain.yang
tidak boleh adalah mengambil banyak buah dari hutan, sehingga sebagian
diantaranya menjadi busuk dan tidak bisa di manfaatkan lagi. Jadi orang
tersebut mengambil berlebihan, dan yang bukan bagiannya. Dengan demikian dia
merugikan orang lain, karena mereka tidak bisa memanfaatkan bagian yang telah
busuk itu.
Dengan adanya uang
keadaan pemilikan berubah. Karena uang tidak bisa busuk, alasan untuk membatasi
milik yang disediakan oleh alam tidak berlaku lagi. Dengan adanya uang milik
dapat diakumulai sehingga manusia dapat mengumpulkan kekayaan tanpa batas.
Dalam pandangan Locke
ini, sudah tampak beberapa ciri kapitalisme liberal yang dengan tegas akan
ditolak Karl Mark. Pertama, Locke mengandaikan begitu saja bahwa pekerjaanpun
harus diukur atas dasar nilai tukarnya, artinya sebagai komoditas di pasaran.
Kedua, Locke mengandaikan juga bahwa hasil kerja karyawan menjadi milik sah
dari pemilik tanah atau pemilik sarana produksi lain.
1.2. Adam Smith dan
Pasar Bebas
Smith (1723-1790)
menjadi terkenal karena gigih membela pasar bebas di bidang ekonomi. Ia
memerangi apa yang disebut ”merkantilisme” yang menandai Inggris pada waktu
itu: peraturan dan regulasi berlebihan tentang perdagangan yang banyak
dikeluarkan oleh pemerintah Inggris. Seperti Locke, Smith memandang pekerjaan
sebagai sumber hak milik. Karena itu ia melihat tenaga kerja sebagai ”milik
yang paling suci dan tidak boleh diganggu gugat”. Manusia secara khusus
memiliki produktivitas dari pekerjaannya, dan produktivitas kerja itulah yang
menghasilkan kemakmuran. Smith menggarisbawahi pentingnya pembagian kerja.
Kegiatan ekonomis di
pasar bukan saja menguntungkan bagi pihak-pihakyang langsung terlibat di
dalamnya, tetapi bermanfaat juga untuk masyarakat sebagai keseluruhan. Smith
menekankan bahwa dengan mengejar kepentingan diri masing-masing dalam sistem
pasar para anggota masyarakat mewujudkan kesejahteraan umum yang paling besar.
Menerima pasar bebas,
Smith menerima juga kompetisis sebagai cara yg efisien untuk mewujudkan
kebebasan di bidang ekonomi. Tetapi supaya benar-benar terwujud, kompetisi
Dengan perlu ditandai persamaan(equality), artinya semua peserta harus bisa
berangkat dari posisi yang sama.
1.3. Marxisme dan
kritiknya atas milik pribadi
Marxisme merupakan
ajaran social, ekonomi, politik yang sangat kompleks dan tidak mudah untuk disingkatkan tanpa
mengorbankan cukup banyak unsure yang sebenarnya hakiki juga. Kita memandang
Marxisme sebagai kritik atas teori liberalisme tentang milik yang serentak,
juga merupakan usaha untuk menyajikan suatu alternative. Usaha tersebut
meliputi dua aspek,yaitu: aspek ilmiah dan aspek etis.
Ilmu pengetahuan selalu
berbicara tentang hokum-hukum tetap, dan atas hokum-hukum itu dapat dilakukan
prediksi, yang berartu kita dapat meramalkan apa yang terjadi, jika beberapa
syarat terpenuhi. Teori marxisme mempunyai sutu segi etis juga. Inti kritik
etis itu adalah paham “alienasi” atau “keterasingan”. Menurut kodratnya manusia
adalah makhluk yang bekerja, yang meliputi dua hal: di satu pihak, ia menjadi
manusia yang sungguh-sungguh dengan bekerja, ia sendiri dihumanisasikan dengan
mengolah alam kerena pekerjaannya, dan di lain pihak ia menghumanisasikan alam
dengan pekerjaanya, ian membuat alam bersahabat dengan manusia.
Mark dan Engels
menekankan, sama sekali tidak memaksudkan dihapuskannya milik pribadi yang
diperlakukan dengan bekerja keras, seperti hasil kerja dari petani kecil atau
tukang. Mereka justru membela kaum kecil itu. Tetapi, kapitalisme sendiri
menghindarkan orang-orang kecil menikmati buah hasil dari kerja keras mereka.
Kapital dihasilkan karena pekerjaan kita semua dalam masyarakat dan juga
memungkinkan kita semua untuk bekerja. Ciri kapitalisme yang paling jelek
adalah bahwa mereka mempekerjakan orang lain untuk memperkaya diri. Menurut
marxisme, lembaga milik pribadi pada dasrnya merupakan penindasan atau
eksploitasi kaum pekerja.
2. PERTENTANGAN DARI
PERDAMAIAN ANTARA LIBERALISME DAN SOSIALISME
Setelah mempelajari
beberapa sumber filosofis untuk liberalism dan sosialisme, sekarang kami ingin
melukiskan liberalisme dan sosialisme sebagai dua ideology yang untuk sebagian
besar menentukan keadaan di bidang ekonomi-politik selama abad ke-19 dan ke-20.
Liberalisme menekankan hak untuk mempunyai milik pribadi sebagai suatu kegiatan
dasar bagi setiap manusia, sedangkan sosialisme menilai masyarakat diatur tidak
adil, terutama karena lembaga milik pribadi.
2.1 Liberalisme
Inti pemikiran
liberalism adalah tekanannya pada kebebasan Individual. Negara harus menjaga
agar warganya beserta miliknya dalam keadaan aman sehingga tidak akan terjadi
tindakan yang meresahkan masyarakat, seperti perampokan atau pencurian. Selain
itu, Negara member kesempatan seluas-luasnya kepada warganya untuk menjalankan
kebebasannya sendiri. Di bidang ekonomi pun, liberalisme mengagungkan kebebasan
pribadi. Keadaan ekonomi pali baik akan tercapai bila mekanisme pasar dapat
menentukan semua hal: harga jual, besarnya gaji, kesempatan kerja, volume
produksi, dan lain-lain.
Liberalisme yang murni
atau tanpa campur tangan Negara, tentu belum pernah terwujud sepanjang sejarah.
Pda abad ke-19 Inggris menjadi Negara adikuasa yang paling penting di dunia. William
Gladstone(1809-1898) sebagai Perdana Menteri sampai empat kali memimpin cabinet
berhaluan liberal. Kemudian Inggris dan Negara-negara modern lain juga, campur
tangan Negara dalam urusan ekonomi semakin bertambah, khususnya sesudah resesi
tahun 1930-an, krisis ekonomi paling dahsyat yang pernah dialami dunia.
2.2 Sosisalisme
Sebaiknya sosialisme
dilihat sebagai reaksi atas ketidak beresan dalam
masyarakat yang disebabkan oleh liberalisme. Bentuk sosialisme yang dianggap
penting :
a. Sosialisme Komunitis
Sosialisme Komunitis
atau komunisme menolak milik pribadi. Menurut mereka, milik pribadi harus
menjadi milik bersama atau milik kolektif. Misalnya, komunisme tidak
berkeberatan bila orang mempunyai rumah sendiri dan pekarangan dimana
dihasilkan buah-buahan dan sayur-sayuran untuk pemakaian pribadi bersama dengan
keluarga dan kenalan. Yang tidak boleh jadi milik pribadi adalah pabrik dan
tanah. Akhirnya, kapital atau modal juga tidak boleh menjadi milik pribadi
sebab yang memiliki modal dapat juga menjadi pemilik pabrik dan tanah. Tinggal
ia membeli pabrik atau tanah, atau membangun pabrik baru dengan uangnya. Dengan
amat tepat system ekonomi komunitas sering disebut planned economy,”ekonomi
berencana”. Di negara-negara komunis, ekonomi direncanakan dengan ketat dari
atas harga jual, besarnya gaji dan upah, volume produksi, dan semua factor
ekonomi lain dikomando oleh pemerintah. Bleh dibilang, ekonomi komunistis
merupakan kebalikan dari system ekonomi pasar bebas.
b. Sosialisme Demokratis
Sosialisme demokratis
juga menempatkan masyarakat di atas individu. Tetapi, berbeda dengan komunisme,
mereka tidak bersedia mengorbankan sistem pemerintahan demokratis mereka anggap
sebagai sebuah perolehan modern yang sangat berharga. Karena itu, mereka ingin
mewujudkan cita-cita sosialitas melalui jalan demokratis. Contoh terkemuka
adalah Labour Party di Inggris. Partai sosialis ikut dalam pemlihan
umum. Jika menang, mereka membentuk kabinet yang mengatur politik dan ekonom
menurut cita-cita sosialistis.
Salah satu program
pokok bagi pemerintah sosialistis adalah nasionalisasi industri yang penting,
di satu pihak industri dasar, seperti pabrik baja, bahan kimia, semen, pupuk
buatan dan sebagainya, artinya industri yang dibutuhkan oleh industri lain, dan
di lain pihak industri lain yang mengusai hajat hidup orang banyak, seperti
telekomunikasi, energi, transportasi, dan sebagainya. Nasionalisasi adalah
kebalikan dari privatisasi.
Usaha sosialisme
demokratis antara lain :
- Memperbaiki kesejahteraan kaum pekerja
melalui perundangan-undangan social.
- Kesehjateraan dan keselamatan kerja
ditingkatkan.
- Ditentukan syarat-syarat untuk
memberhentikan para pekerja.
- Dibangun sistem jaminan sosial untuk
mereka yang suda tidak bisa bekerja lagi karena sakit atau sudah tua.
- Ditetapkan upah minimum.
2.3 Kekuatan dan
Kelemahan
Ø Kekuatan Liberalisme adalah bahwa milik pribadi diakui sebagai cara
penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kita semua menyetujui, kebebasan
merupakan suatu nilai sangat hakiki bagi manusia.
Ø Kelemahan Liberalisme adalah bahwa mereka kurang memperhatikan nasib
kaum miskin dan orang yang kurang beruntung dalam perjuangan hidup, seperti
kaum buruh dalam masyarakat berindustri. Kalau dirumuskan agak ekstrem, bagi
liberalism miskin sama dengan malas.
Ø Sosialisme mempunyai kekuatan yaitu mereka menemukan dimensi
transindividual dari milik. Milik selalu mempunyai suatu fungsi sosial dan
tidak pernah boleh dibatasi pada kepentingan pribadi saja.
Ø Sosialisme juga mempunyai kelemahan yang terasa cukup besar bahkan
menjadi fatal untuk sistem pemerintahan sosialistis. Ekonomi yang dijalankan
menurut pandangan sosialisme demokratis memiliki nasib yang sama.
2.4 Menuju Perdamaian
Liberalisme dan
sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi antagonis yang berjuang merebut
hegemoni (kepemimpinan) di panggung politik ekonomi selama
kira-kira satu setengah abad. Pada saat sekarang dua ideologi ini tampaknya
mencapai titik perdamaian. Saat pergantian abad sekarang, liberalisme dan
sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua-duanya kalah dan
serentak juga menang. Situasi ini mencuat di negara-negara industri di mana
pertentangan historis antara liberalisme dan sosialisme berlangsung sekian
lama. Sosialisme gagal karena harus mengakui keunggulan sistem ekonomi pasar
bebas.
Sosialisme demokratis
belum mati, tetapi mengalami banyak kesulitan dan sebenarnya kehilangan arah.
Di negara-negara industri, serikat-serikat buruh dalam keadaan lesu dan jumlah
anggota mereka menurun drastis. Salah satu sebab utama adalah bahwa cita-cita
kaum buruh sebagian besar sudah tercapai.
Sosialisme berhasil
karena negara-negara industri modern sudah menjadi welfare state atau negara
kesejahteraan. Dengan welfare state dimaksudkan negara-negara memasang sebuah
social safety net atau jaring pengaman sosial. Negara kesejahteraan mewujudkan
sebuah gagasan etis yang selalu sudah menggerakkan sosialisme, yaitu perhatian
kaum buruh dan mereka yang kecil dan sial dalam perjuangan hidup. Karena itu,
negara kesejahteraan bisa dilihat sebagai keberhasilan sosialisme demokratis.
Sistem welfare state didasarkan atas solidaritas antara angkatan kerja dan
mereka yang tidak bisa bekerja (lagi) karena sakIt, menganggur atau sudah tua.
Sistem negara
kesejahteraan bisa dilihat sebagai koreksian sosial atas akibat-akibat negatif
ekonomi pasar bebas, seperti misalnya pengangguran mendadak.
Kesulitan terbesar yang
mengancam kelangsungan negara kesejahteraan adalah pembiayaannya. Jumlah orang tua bertambah besar dan umur mereka semakin tinggi. Mereka
yang tidak bekerja berjumlah semakin besar dan jaminan sosial mereka harus di
bayar dengan premi sosial dari angkatan kerja yang semakin kecil
jumlahnya.Premi sosial yang semakin tinggi akan mengakibatkan pekerjaan menjadi
terlalu mahal.Hal itu akan mendorong naik angka pengangguran.
Kelemahan lain
adalah bahwa sistem negara kesejahteraan mudah disalah gunakan.Banyak karyawan
pura-pura sakit dan gaji mereka dibayar terus.
Tentu saja selalu ada
kontrol,tetapi menjalankan kontrol yang lebih efektif dan intensif dengan
menambahinspektur sosial akan berarti juga membuat sistem menjadi lebih mahal
lagi. Dengan adanya welfare state dalam liberalisme ,campur tangan
negara dalam bidang sospol dimana seluruh sisten jaminan sosial direncanakan
dan diselenggarakan oleh negara.Kemenangan liberalisme yaitu diakuinya
keunggulan sisten ekonomi pasar.
Sosialisme sistem ekonomi pasar bebas
Liberalisme welfare state
3. KAPITALISME DAN
DEMOKRATISASI
Ideologi di belakang
kapitalisme adalah leberalisme , yang dapat menjelaskan 3 unsur hakikinya :
lembaga milik pribadi,pencarian untung,dan dimanfaatkan kompetisi dalam sistem
ekonomi pasar bebas. Melalui cara berproduksi industri, modal untuk memperoleh
laba sebesar-besarnya, yang kemudian di
investasikan lagi dalam usaha produktif sehingga dapat menghasilkan kekayaan
yang lebih besar.
Mempelajari
keberhasilan negara-negara industri barat, sulit untuk disangkal bahwa
demokrasi dapat berfungsi sebagai koreksian antas segi-sei negatif dari kuasa
ekonomis yang terwujud dalam kapitalisme. Kapitalisme mengakibatkan
ketidaksamaan sedangkan demokrasi cenderung memajukan persamaan.
Fenomena demokratisasi yang di jalankan secara
kapitalis di negara-negara industri :
1. Sistem
pemerintahan demokratis berhasil mengoreksi beberapa akses kapitalisme. Contoh: terbentuknya welfare state yang dihasilkan oleh
perjuangan demokratis menyebabkan pengangguran atau penyakit mendadak tidak
akan lagi mencelakakan para pekerja. Demokrasi merupakan
jaminan paling baik untuk mengimbangi keserakahan ekonomi yang bersedia
mengirbankan apa saja, termasuk juga
lingkungan hidup dan generasi-generasi yang akan datang.
2. Antagonisme abtara kelas-kelas, dalam sistem pemerintahan demokratis cukup teratasi. Kaum majikan tidak
lagi berpolarisasi dengan kaum majikan karena
mereka menyadari banyak kepentingan bersama.
3.
Pemilikan sarana produksi semakin merata
Di Negara-negara Eropa
barat lainnya dan juga di Amerika Serikat kita menyaksikan gejala yang sama.
Saham-saham menjadi semakim milik masyarakat. Dengan demikian,wajah kapitalisme
berubah radikal dan berbeda jauh dengan gambaran yang dilukiskan dulu oleh Karl
Marx. Salah satu kritik mendasar atas kebijakan pemerintah Margaret Thatcher
adalah bahwa golongan miskin tidak sempat berpartisipasi dalam kemajuan ekonomi
yang menyeluruh. Perbedaan pendapatan dan perbedaan kekayaan masih menandai
banyak Negara kapitalistis, khususnya Amerika Serikat. Rupanya demokrasi
merupakan jalan terbaik untuk mewujudkan pemerataan pendapatn dan kekayaan itu.
Solidaritas merupakan prinsip lain lagi yang tidak kalah pentingnya.
4. ETIKA PASAR BEBAS
David Gauthiar pernah
mengemukakan pendapat bahwa pasar yang sempurna tidak membutuhkan moralitas.
Dengan pasar sempurna dimaksudkan pasar dimana kompetisi berjalan dengan
sempurna. Dalam situasi itu tidak perlu diteggakaanya
rambu-rambu moralkarena kepentingan-kepentingan pribadi masing-masing orang
secara sempurna sesuai dengan kepentingan sosial seluruh masyarakat. Disitu
semua kepentingan akan diatur oleh invisible
han-nya Adam Smith. Mekanisme pasar
berjalan dengan sendirinya. Semua orang mengambil keputusan rasional yang selalu cocok dengan
keputusan rasional yang tepat dari orang lain. Hal itu bisa
diperhitungkan secara otomatis. Pesar sempurna berjalan seperti sistem komputer.
Pertimbangan-pertimbangan moral tidak berjalan disitu. Moralitas baru di parlukan bila pasar gagal atau mempunyai
kekurangan-kekuragan.
Salah satu alasan yang
penting kompetisi pasar tidak pernah sempurna adalah bahwa bidang ekonomi
selalu bisa ditemukan apa yang oleh para ekonom disebut externalities.
Alasan lain mengapa kompetisi dalam pasar tidak sempurna adalah bahwa tidak
semua orang menduduki tempat yang sama agar dapt memainkan perannya
masing-masing.
Sistem pasar bebas yang
bisa dijalankan sekarang tetap merupakan system ekonomi yang paling unggul,
karena menjamin efisiensi ekonomi dengan cara paling memuaskan.
Pentingnya etika tampak
dalam dua segi . Pertama, dari segi keadilan social, supay kepada semua peserta
dalam kompetisi di pasar diberikan kesempatan yang sama. Kedua, sebagaimana
lazimnya dalam etika,tuntutan moral inibisa dirumuskan dengan cara positif dan
negative.
Sifat fair merupakan
tuntutan etis yang menandai kompetisi dalam konteks olahraga maupun bisnis.
Kompetisi dalam olah raga sering disebut zero sum, yang artinya jika yang satu
menang, yang lainnya kalah. Dalam bisnis kadang-kadang juga tarjadi begitu,
contohnya adlah tender. Pemenang tender hanya bisa satu orang atau perusahaan.
Dalam konteks kompetisi tidak brtentangan dengan kerjasama. Kompetisi pasti
bertentangan dengan monopoli atau oligopoly, tetapi tidak dengan kerelaan atau
bekerjasama denagan pihak lain. Sebaliknya kompetisi dalam bisnis menuntut
adanya kerjasama. Karena itu, dalam bisnis, mutual benefit sering menjadi suatu
nilai etis yang khusus: kedua balah pihak memperoleh manfaat dengan kegiatan
bisnis.
Orang yang terjun ke
pasar bebas dengan sndirinya harus menyetujui aturan-aturan main yang berlaku
disitu. Hal itu memunyai implikasi yang kadang-kadang sungguh tidak
menyenangkan. Jika ia tidak berhasil memprodksi dengan efisien, bisa saja
perusahaannya tidak bertahan hidup.
Dinamika pasar bebas
mengakibatkan bahwa pembisnis tidak pernah
akan tenang dan selalu siap menghadapi perubahan.
Perusahaan-perusahaan kecil
dan menengah mempunyai fleksibilitas lebih besar sehingga dapat lebih mudah
menanggapi situasi pasar yang berubah. Tetapi, bagaimanapun juga,
restrukturisasi selalau akan mengakibatkan korban jatuh. Krena itu, pemeintah
negara bersangkutan menyiapkan jarring pengaman sosialnya dan tindakan-tindakan
korektif lain untuk mengimbangi efek-efek negative.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Liberalisme dan
sosialisme dapat dilihat sebagai dua ideologi antagonis yang berjuang merebut
hegemoni (kepemimpinan) di panggung politik ekonomi selama
kira-kira satu setengah abad. Pada saat sekarang dua ideologi ini tampaknya
mencapai titik perdamaian. Saat pergantian abad sekarang, liberalisme dan
sosialisme dua-duanya gagal dan serentak juga berhasil, dua-duanya kalah dan
serentak juga menang. Situasi ini mencuat di negara-negara industri di mana
pertentangan historis antara liberalisme dan sosialisme berlangsung sekian
lama. Sosialisme gagal karena harus mengakui keunggulan sistem ekonomi pasar
bebas.
DAFTAR PUSTAKA
Bertens, Kees. Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat
Atmajaya: 21), Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2000.